Modul. 2.3.a.9. Koneksi antar materi - Coaching

APA ITU COACHING?

1. Definisi Coaching

Menurut para ahli :

  •  sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999) 
  • kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)

Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:

“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”

Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:
1. Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.

2. Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini,  dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach menginspirasi coachee untuk menemukan jawaban-jawaban sendiri atas permasalahannya.

3. Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.

2. Coaching dalam konteks pendidikan/ Sekolah

“Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.”

Berdasarkan salah satu prinsip Ki Hajar Dewantara diatas  bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun, maka coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Dan sebagai Guru ( pamong) seharusnya dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan – pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan  kodrat anak terpancar dalam dirinya.

Pentingnya proses coaching disekolah yaitu

1.       Proses mengaktivasi atau memaksimalkan kerja otak anak

2.       Pertanyaan – pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan metakognitif

3.       Pertanyaan dalam proses coaching akan membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukan potensinya

Pada umumnya, seorang guru masih suka terjebak dengan yang dinamakan konselor atau mentor ketika dia ingin melakukan coaching, maka dari itu kita lihat beberapa perbedaan antara coacing, konseling dan mentoring dibawah ini :


Prinsip – prinsip Coaching

a.       Kemitraan : ditandai oleh adanya percakapan yang disepakati, idealnya sebuah tujuan ini muncul dari coachee

b.      Percakapan Kreatif : Percakapan 2 arah yaitu percakapan yang dilakukan untuk menggali, memetakan situasi coachee, dan percakapan ini ditujukan untuk menghasilkan pemikiran atau ide – ide baru.

c.       Memaksimalkan potensi : percakapan harus ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh coachee dan percakapan harus menghasilkan rencana tindakan

Keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang coach: Keterampilan membangun proses coaching,Keterampilan membangun hubungan baik, Keterampilan dalam berkomunikasi, Keterampilan memfasilitasi proses pembelajaran.

Empat keterampilan dasar seorang coach diatas seharusnya dapat dimiliki oleh seorang guru ketika memerankan diri sebagai coach. Selain ke empat keterampilan yang disebutkan, seorang coach pun harus bisa menciptakan komunikasi yang memberdayakan, dan untuk membangun sebuah komunikasi yang memberdayakan tersebut seorang coach harus bisa menguasai beberapa unsur diantaranya :

Komunikasi Asertif à komunikasi yang memahami gaya komunikasi manusia, komunikasi untuk membangun relasi ( memunculkan rasa nyaman dan percaya), menyamakan posisi diri dengan lawan bicara (coachee), dan saling membangun respect.

Pendengar Aktif à memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan, dan pesan tersebut bisa pesan verbal atau nonverbal, tunjukkan bahwa kita mendengarkan, menanggapi perasaan dengan tepat ( focus pada masalah yang disampaikan), bertanya (pendengar aktif akan mengajukan pertanyaan untuk mendorong lawan bicaranya menguraikan lebih keyakinan dan perasaannya.

Bertanya Efektif à pertanyaan yang diberikan harus menstimulus pemikiran coachee, memunculkan hal – hal yang sebelumnya tidak terpikirkan, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri. Bertanya efektif harus bersifat terbuka, focus pada tujuan, reflektif, mengukur pemahaman, eksplorasi dan aksi.

Umpan Balik Positifà Harus membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya, umpan balik juga harus diberikan langsung saat komunikasi berlangsung, Spesifik ( focus apa yang dikatakan),mengikutsertakan emisi yang dirasakan, menyertakan motivasi yang positif.

Dari paparan diatas tentang coaching, ada salah satu metode/ model yang diyakini bisa membuat sebuah proses coaching itu berhasil, model itu adalah TIRTa, dimana dalam model ini dikembangkan dari  GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.4)Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. 

Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.

TIRTA kepanjangan dari

T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

Tugas Guru adalah menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat potensi murid Anda. Bagaimana cara Anda menjaga agar dapat menyingkirkan sumbatan yang ada? Jawabannya adalah keterampilan coaching.

#CGPGarut

#GuruPenggerak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modul 3.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

M. 1.4.Aksi Nyata Budaya Positif Sekolah